TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat penurunan laba bersih cukup besar sepanjang tahun 2020.
Laporan keuangan yang dipublikasikan menunjukkan bahwa pada pada tahun lalu laba bersih perusahaan migas pelat merah itu sebesar US$ 1,05 miliar atau Rp 15,3 triliun (asumsi kurs 14.572 per dolar AS). Angka tersebut jeblok hingga 58,4 persen ketimbang tahun 2019 saat laba bersih Pertamina mencapai US$ 2,35 miliar atau Rp 35,8 triliun.
Pjs Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman, menyatakan kemampuan perusahaan tetap bisa membukukan laba bersih saat pandemi kian mendorong upaya menjadi perusahaan energi global di masa depan dengan nilai perusahaan mencapai US$ 100 miliar.
Lalu apa saja yang membuat laporan keuangan BUMN migas merah pada tahun lalu?
Salah satu yang mempengaruhi laporan keuangan Pertamina adalah penjualan di sektor hulu migas selama tahun 2020 lebih seret ketimbang tahun sebelumnya. Tahun lalu, penjualan minyak bumi di dalam negeri mencapai US$ 569,45 juta, atau turun 28,22 persen bila dibandingkan dengan penjualan pada 2019 senilai US$ 793,37 juta.
Begitu juga dengan penjualan gas alam Pertamina. Sepanjang tahun 2020, penjualan gas tercatat senilai US$2,26 miliar atau lebih rendah 17,81 persen jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang sebesar US$2,75 miliar.
Adapun realisasi ekspor minyak bumi Pertamina pada 2020 sebesar US$ 613,6 juta. Angka itu turun 28,67 persen ketimbang tahun sebelumnya US$ 860,32 juta.